Anak Punya Permasalahan Bahasa, SI atau Terapi Wicara Terlebih Dahulu?

Anak speech delay kasih terapi apa ya?

Naufan Adib Fawwazi dan Cindy Natalia

9/18/20243 min read

worm's-eye view photography of concrete building
worm's-eye view photography of concrete building

Beberapa profesional di indonesia ketika melakukan pemeriksaan kepada anak yang memiliki isu atau permasalahan komunikasi yang disertai dengan isu sensori atau bahkan tidak disertai isu sensori pada akhirnya memberikan rekomendasi untuk melakukan pelayanan sensori integrasi (SI) terlebih dahulu sebelum dilakukan pelayanan terapi wicara. Dalih yang digunakan mengacu pada learning of pyramid di mana kemampuan sensori menjadi kemampuan fundamental yang harus dicapai terlebih dahulu sebelum mengajarkan kemampuan bahasa dan bicara. Selain itu ketika ada permasalahan bahasa ada kemungkinan ada kemampuan sensori yang bermasalah. Lantas bagaimana pandangan dan rekomendasi penulis, kita akan diskusikan isu ini dari berbagai sisi.

· Sangat benar jika anak memiliki kedua isu atau permasalahan tersebut mendapatkan pelayanan sensori integrasi dan penulis sepakat jika kematangan sistem sensori menjadi hal yang krusial. Namun akan tidak sesuai jika memprioritaskan atau hanya memberikan sensori integrasi tanpa diikuti terapi wicara. Pandangan ini didasarkan pada salah satu kriteria untuk penanganan yang sesuai yaitu komprehensif, artinya satu kemampuan yang kita ajarkan tidak akan serta-merta dapat memunculkan kemampuan lainnya (Lovaas, O.Ivar et al. 2003). Dalam hal ini, pembelajaran kemampuan sensori saja yang diberikan tidak akan serta-merta dapat mengembangkan kemampuan bahasa dan bicara (komunikasi).

· Dalam suatu penelitian, pelayanan terapi wicara dengan maupun tanpa SI tetap dapat meningkatkan kemampuan bahasa pada Autism Spectrum Disorders (ASD) (FOUAD, N., et al. 2024). Dari penelitian posisi terapi wicara sangat kuat karena tanpa disertai SI pun dapat memberikan efek positif dalam kemampuan bahasa anak ASD yang notabenenya mereka banyak yang memiliki isu sensori.

· Jika mengacu pada norma perkembangan bahasa, ketika seorang individu memiliki kemampuan bahasa jauh di bawah norma tentunya sangat perlu mendapatkan pelayanan terapi wicara sedini mungkin walaupun disertai isu sensori. Karena area komunikasi merupakan scope of practice terapi wicara.

· Jika tetap berpegang teguh untuk memberikan pelayanan sensori integrasi terlebih dahulu tanpa diberikan pelayanan terapi wicara. Maka standar atau patokan apakah yang digunakan untuk menentukan kapan anak nantinya mendapatkan pelayanan terapi wicara. Padahal untuk anak-anak dengan kondisi disorders seperti ASD akan tetap memiliki tantangan pada area sensori, self-regulation, kontak mata dsb. Karena fitur-fitur tersebut merupakan defisit utama dari kondisi tersebut dan sifatnya menetap atau persisten.

· Penulis melihat bahwa hal ini berpotensi menghabiskan waktu anak, terutama pada masa usia emas dari perkembangan anak (golden age). Melihat fenomena yang ada ketika penulis berinteraksi dengan para orang tua yang memiliki anak dengan isu bagasa, banyak dari mereka merasa terlalu lama melakukan pelayanan untuk mencapai kematangan sensori dan menunda melakukan terapi wicara. Padahal pelayanan terapi wicara juga tetap dapat dilakukan bersamaan pada usia awal. Semakin awal pelayanan diberikan, semakin tinggi kemungkinan anak untuk mengembangkan kemampuan komunikasi, bahasa, dan makan menelan yang efektif serta anak dapat mencapai hasil pembelajaran yang berhasil (Guralnick, 2011). Intervensi yang diberikan pada 2 tahun pertama anak terbukti sangat efektif karena menekankan pada perkembangan saraf yang cepat dan potensi otak pada usia muda. (Roth, F. P., & Worthington, C. K., 2011).

· Namun perlu diperhatikan juga jika pemberian rekomendasi pelayanan SI terlebih dahulu daripada terapi wicara dengan dalih ketidak adanya kesiapan dari sisi keilmuan terapis wicara pada setting tersebut. Tentunya terapis wicara perlu mengembangkan keilmuannya pada area area krusial dalam intervensi dini. Termasuk pengetahuan dan material pembelajaran yang ia miliki.

· Jika anak memiliki hambatan yang besar di area sensori tentunya terapis wicara tetap dapat melakukan program bahasa dengan melibatkan aktivitas sensori dengan penuh kehati-hatian. Di sinilah peran kolaborasi tim dibutuhkan antar ahli profesi terkait.

· Ketika anak yang diduga memiliki keterlambatan bahasa direkomendasikan untuk mendapatkan penanganan SI terlebih dahulu, maka harus dikaji terlebih dahulu mengenai defisit area sensori apa yang dimiliki oleh anak kemudian apakah ada kaitannya dengan pemrosesan bahasa. Namun banyak juga kita temukan fenomena anak memiliki isu sensori tapi tidak memiliki isu bahasa.

· Tujuan dari intervensi dini adalah mengurangi dampak gangguan atau keterlambatan dengan menangani kebutuhan anak yang diidentifikasi antar lima area perkembangan: a) perkembangan kognitif; b) perkembangan komunikasi; c) perkembangan fisik termasuk penglihatan dan pendengaran; d) perkembangan sosial atau emosional; e) perkembangan adaptif (Individuals with Disabilities Education Act [IDEA], 2004). Klinisi perlu melihat antar sistem area perkembangan ini ketika merencanakan dan memberikan intervensi bahasa. Maka diperlukan kerjasama dan kolaborasi tim daripada rangkaian penanganan yang terpisah-pisah dari terapis wicara, terapis okupasi, dan ahli profesi lainnya.

Kesimpulan

Jika dihadapkan individu yang memiliki isu sensori dan bahasa secara bersamaan, rekomendasi yang dianjurkan yaitu mendapatkan pelayanan terapi sensori integrasi dan terapi wicara secara bersamaan. Selain itu ketika anak memiliki isu kedua tersebut, kolaborasi tim sangat diperlukan untuk memberikan pelayanan yang optimal, sesuai kebutuhan anak, dan penanganan yang diberikan lebih efektif serta berbasis bukti atau evindence based practice (EBP).

Referensi

American Speech-Language-Hearing Association. (n.d.). Early intervention. American Speech-Language-Hearing Association. https://www.asha.org/practice-portal/professional-issues/early-intervention/

FOUAD, N., Hafez, N., El- Gebaly, H. H., & Fahiem, R. A. (2024). Efficacy of the sensory integration therapy on language development in autism spectrum disorder children. Egyptian Journal of Ear, Nose, Throat and Allied Sciences, 24(24), 1–8. https://doi.org/10.21608/ejentas.2023.180257.1586

Guralnick, M. J. (2011). Why early intervention works: A systems perspective. Infants & Young Children, 24, 6–28.

Lovaas, O.Ivar et al. (2003). Teaching Individuals with Developmental Delays. PRO-ED

Roth, F. P., & Worthington, C. K. (2011). Treatment resource manual for speech-language pathology (5th ed.). Delmar Cengage Learning.